Kehidupan Beragama
agama.
Akan tetapi akibat2 negatip yang bertitik tolak pada soal agama banyak juga terjadi dan menuntut
pengorbanan disana-sini di dunia.
Diseluruh dunia pandangan/ sikap terhadap agama ber-beda2, a.l. :
- Bebas memilih agama sebab agama dianggap urusan pribadi masing-masing.Tidak ada persoalan yang disebabkan oleh perbedaan agama atau sekte.
- Bebas memilih agama tetapi pengaturan secara menyeluruh untuk menjamin kebebasan beragama diatur oleh pemerintah sebagai pelindung.
- Bebas memilih agama dijamin oleh pemerintah yang sekalian mengusahakan pendekatan antara umat beragama atas dasar saling menghargai dan saling membantu dalam suasana hidup damai berdampingan.
- Bebas memilih agama diantara agama2 yang disetujui pemerintah.
- Bebas memilih agama dengan resiko dapat diancam oleh massa setempat jika memilih agama2 tertentu.
- Tidak bebas memilih agama lain dari agama yang dianut oleh orang tua sebab kebudayaan setempat.
- Tidak bebas memilih agama sebab peraturan pemerintah.
- Tidak diizinkan memilih/ menganut agama sebab ketentuan pemerintah.
Pasal2 diatas menpunyai pengaruh ber-beda2 dalam kehidupan/ sikap antara umat yang berbeda agama/
berlainan sekte.
Pengaruh2 itu berlainan pula gejala dan bobotnya, misalnya :
- Ada dalam satu keluarga Bapak, Ibu serta anak2 menganut agama ber-beda2, tetapi tetap rukun dalam kehidupan bersama dan dalam melakukan ajaran agama masing2.
- Ada pula sampai ancam2-an antara umat beragama sehingga berbentuk peperangan menuju perpecahan dalam pemerintah atau perbedaan agama digunakan sebagai cambuk peperangan untuk merdeka. (contoh di IRLANDIA)
yang mengerikan.
Definisi tentang agama dipilih yang sederhana dan meliputi. Artinya definisi ini diharapkan tidak terlalu sempit atau terlalu longgar tetapi dapat dikenakan kepada agama-agama yang selama ini dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu. Untuk itu terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan titik perbedaannya.
Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige dll.
Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri , yaitu :
-
- menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan
- menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan
Berdasarkan cara beragamanya :
- Tradisional, yaitu cara beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara beragamanya nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pada umumnya kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru atau pembaharuan. Apalagi bertukar agama, bahkan tidak ada minat. Dengan demikian kurang dalam meningkatkan ilmu amal keagamaanya.
- Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di lingkungannya atau masyarakatnya. Cara ini biasanya mengikuti cara beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh. Pada umumnya tidak kuat dalam beragama. Mudah mengubah cara beragamanya jika berpindah lingkungan atau masyarakat yang berbeda dengan cara beragamnya. Mudah bertukar agama jika memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain agamanya. Mereka ada minat meningkatkan ilmu dan amal keagamaannya akan tetapi hanya mengenai hal-hal yang mudah dan nampak dalam lingkungan masyarakatnya.
- Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan, ilmu dan pengamalannya. Mereka bisa berasal dari orang yang beragama secara tradisional atau formal, bahkan orang tidak beragama sekalipun.
- Metode Pendahulu, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan akal dan hati (perasaan) dibawah wahyu. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengamalan dan penyebaran (dakwah). Mereka selalu mencari ilmu dulu kepada orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu agama yang memegang teguh ajaran asli yang dibawa oleh utusan dari Sesembahannya semisal Nabi atau Rasul sebelum mereka mengamalkan, mendakwahkan dan bersabar (berpegang teguh) dengan itu semua.